Edit Content

Ukuran Terbuka 19 cm x 20,5 cm
 Ukuran Tertutup 9,5 cm x 20,5 cm
Bahan Art Karton 260 gr
Finishing Vernish Glossy & Lipat 2
Biaya per lembar Sutra
Ta Pei Cou @ Rp. 2.500,-

PERCETAKAN LOTUS
Jl. Krendang Raya No 5
Jakarta 11270
SMS/WA: +62 8999 2222 55

Edit Content

Ukuran Terbuka 19 cm x 20,5 cm
 Ukuran Tertutup 9,5 cm x 20,5 cm
Bahan Art Karton 260 gr
Finishing Vernish Glossy & Lipat 2
Biaya per lembar Sutra
Ta Pei Cou @ Rp. 2.500,-

PERCETAKAN LOTUS
Jl. Krendang Raya No 5
Jakarta 11270
SMS/WA: +62 8999 2222 55

Edit Content

Ukuran Terbuka 19 cm x 20,5 cm
 Ukuran Tertutup 9,5 cm x 20,5 cm
Bahan Art Karton 260 gr
Finishing Vernish Glossy & Lipat 2
Biaya per lembar Sutra
Ta Pei Cou @ Rp. 2.500,-

PERCETAKAN LOTUS
Jl. Krendang Raya No 5
Jakarta 11270
SMS/WA: +62 8999 2222 55

 Umat Buddha harus nien cing, sehari paling tidak satu kali

Umat Buddha harus nien cing, sehari paling tidak satu kali

Ada dua hal pokok menurut Bhiksu Wu Thung yang harus dilakukan umat Buddha. Nien cing (baca sutra/mantra) dan menolong orang. Baca Sutra dan mantra dapat membantu kita mendapatkan kebijaksanaan, membuat kit menjadi cemerlang. Hati yang welas asih dan banyak menolong orang dengan tanpa pamrih, akan mendatangkan hoki yang baik, dan membuat hidup kita lebih makmur sejahtera.

orang pergi beramai-ramai saat menemukan gunung emas. jika kita pulang dari gunung emas dengan tangan kosong, tentu percuma sekali. Demikian juga halnya, Umat Buddha yang tidak nien cing seperti orang yang pulang dari gunung emas dengan tangan hampa.

Umat Buddha harus nien cing, sehari paling tidak satu kali. apa saja juga boleh, miasalnya Ta Pei Cou (Maha Karuna Dharani), baca Ta Pei Cou boleh 3, 7, atau 21 kali sekali baca. Yang penting saat sedang membaca, ucapan, tubuh, dan hati harus satu. Hati jangan melayang kemana mana. Harus dilakukan tiap hari pada saat yang sudah ditentukan. Mesti ada semangat, tidak boleh hari ini nien cing, besok berhenti, besoknya nien cing lagi. seperti kita masak air, kalau apinya sebentar-sebentar dipadamkan, tentu susah mendidih.

Dulu di Tiongkok ada seorang Bhiksu yang kalau bicara tidak didengar sama sekali sama orang-orang. Semua mencemooh dan mengabaikannnya. Dia diberi nasehat untuk menyepi di Vihara dan terus nien cing dengan tulus. Lebih kurang 20 tahun dia menyepi dan nien cing. Disamping itu, setiap ada kesempatan dia selalu menolong makhluk hidup, seperti memberi makan burung, ia selalu menyebut “AMITOFO”

Setelah 20 tahun menyepi, akhirnya dia ‘turun gunung’. Sejak saat itu, banyak sekali orang datang meminta nasehat darinya. Ini menunjukan akibat karma dapat dirubah, dan berbuat kebajikan sambil melafal nama Buddha akan membawa pahala yang laur biasa.

Pernah sekali, ada seoarang Bhiksu yang memelihara burung beo. Setiap kali lewat di depan burung beo, ia akan menayapa, “NAMO AMITOFO”

Lama-lama burung beo itu bisa mengeluarkan suara, “NAMO AMITOFO”

Setiap kali orang lewat didepannya, burung beo akan menyebut, “NAMO AMITOFO”

Suatu hari, burung itu mati, lalu dikubur. dari tanah itu tumbuh bunga teratai. Orang-orang pada terkejut. Setelah digali, ternayata bunga teratai tumbuh dari mulut sang beo tersebut. Burung beo saja kalau menyebut, “NAMO AMITOFO” bisa memuahka hasil, apalagi manusia. 🙂

Memang, pada awalnya nien cing sulit dialkukan. Dibutuhkan tekad yang kuat. Saat baca cing, bentuk-bentuk pikiran suka berkelebat mucul. Begitu sadar pikiran berkeliaran, segera kembali kesuara cing yang diucapakan. Dengarkan baik-baik suara yang keluar dari mulut. Yang penting hati harus tulus. tanya dalam hati siapa yang lagi baca cing. Kalau pikiran lari, tanya lagi dalam hati siapa ini yang sedang baca cing, nanti lama-lama akan berhasil.